Sore itu aku dan Elsa sedang duduk
santai di teras rumah menikmati secangkir teh hangat sambil melihat anak – anak
yang bermain di depan rumah. Sungguh suasana itu membawa kami mengingat masa –
masa kecil dulu. Elsa, dia keponakanku anak dari kakak sepupuku, yaahhh.. meskipun usiaku
sedikit lebih tua darinya, tapi dia telah lebih dulu dipertemukan dengan jodohnya.
Sebelumnya dia pernah bilang akan mengenalkanku dengan sepupunya Alman,
suaminya. Tapi waktu itu aku tak begitu merespon, aku fikir dia hanya bercanda.
Elsa berniat untuk itu karena dia sangat tau bagaimana aku jika berhadapan
dengan seorang pria. Waktu masih dibangku sekolah dulu aku tak pernah rasakan
yang namanya pacar – pacaran seperti yang dirasakan teman – temanku pada waktu
itu, aku hanya bisa mengagumi seseorang, menyukainya dalam hati dan
mencurahkannya dalam Diary, tak jarang Diaryku itu dibaca oleh sahabat –
sahabatku ketika aku menyimpannya ditempat yang kurang aman. Aku orangnya sedikit
kaku, dan tak jarang sampe keringat dingin ketika berhadapan dengan pria lantaran
perasaan tegang yang tak tertahankan, belum lagi kalo disanjung – sanjung
didepan banyak orang, aku langsung gugup dan salah tingkah.. Oowmaigot..
sungguh memalukan.. !!! Tapi saat ini aku selalu berusaha untuk melawan kebiasaan
itu, meskipun terkadang sesekali muncul dalam keseharianku.
Bagaimana
??? Elsa kembali bertanya, dia memandang
kearahku sambil tersenyum, namanya Anji,,, orangnya baik tapi pemalu, sambung Elsa dan bla.. bla.. bla.. panjang
lebar dia menjelaskan tapi aku masih saja terdiam sambil mendengarkan,, dalam
hatiku berkata tak ada salahnya jika apa yang dikatakan ponakanku ini ku “Oke”
kan saja, ini kan awal sebuah proses… !!! Aku pun memandangnya dan tersenyum
seraya memberikan isyarat. Kata orang diamnya seorang wanita itu artinya iya –
iya ajjaaahhhh… hehehehe, akhirnya Elsa pun membagi PIN BBku (Kode untuk
pengguna BlackBerry Message) ke Anji,,
******
Gema takbir berkumandang terdengar
indah memecahkan tangisan anak manusia yang menanti hari kemenangan setelah
sebulan berpuasa. “Selamat hari Raya
Idhul Fitri, Maafkan kesalahanku yaaa”…
seperti itu status yang ku tulis di pesan BBMku… tak lama setelah pesanku ter –
Update, sebuah pesan BBM masuk : “Yaaaa,,,
aku dah maafkan kok J ”,
pesan itu begitu singkat, dan ternyata itu dari Anji. Itu adalah pertama kali
Anji membuka percakapan setelah seminggu kami berteman di BBM tanpa saling sapa…
Menerima pesan itu hatiku langsung bergetar – getar, mungkin karena senang ato
apalah aku sendiri tak tau,, malam lebaran itu aku semakin terharu, senang, dan
banyak lagi rasa yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata – kata.
Setelah malam itu, seminggu, dua
minggu, sampe sebulan aku telah mengenal Anji lebih dekat, lebih dekat dan
lebih dekat lagi. Aku mengenalnya sebagai seorang yang baik, dan lucu. Sampai saat
ini dia selalu membuatku senang dan bersemangat tiap hari, kehadirannya dalam
hidupku menghadirkan energi positif buatku. Lama ku mengenalnya, hingga
pembicaraan Anji tak lagi seperti biasanya. Dia bilang kalo dia ingin
menganggapku lebih dari sekedar teman biasa… Aku tak bisa membayangkan lagi
bagaimana bahagianya hatiku, sungguh tak pernah ku sangka bahwa apa yang selama
ini aku harapkan menjadi nyata meskipun aku pernah ragu padanya, karena dalam
hal pekerjaan dia sudah mapan dan berpendidikan tinggi, belum lagi dia juga
keluarga terpandang, mana mau dengan wanita sepertiku yang hidupnya sederhana…
Berkali – kali aku mengingatkan akan hal itu, berkali – kali pula dia berkata
semua itu tak jadi masalah... Kami pun menjalani semuanya dengan saling
terbuka, saling percaya, saling pengertian satu sama lain, dan membiarkan
semuanya mengalir apa adanya. Jujur ku katakan bahwa aku tenang menjalani semua
itu bersama Anji.
Hari – hari ku lalui dengannya sangat
mengasyikkan, perasaan yang tumbuh dari hari ke hari semakin berbunga dan
matang. Komunikasi yang tiap hari berjalan lancar membuatku semakin percaya
padanya. Hatiku yang mulanya ragu berubah menjadi sebuah ketulusan yang amat
sangat dalam. Dalam menjalani semua itu, aku tak pernah membatasi pergaulannya,
ku berikan dia kebebasan jalan dengan siaaaaaapa saja selama masih tau
batasannya. Apa yang menjadi kesukaannya aku pun belajar untuk menyukainya, apa
yang menjadi hobynya selalu ku beri support dengan caraku sendiri. Setiap kali
dia pergi keluar kota yang kadang sampe tengah malam, aku tak ingin tidur
sebelum dia mengirim pesan bahwa dia sudah sampai ditempat tujuan. Rasa rindu
yang kurasakan tiap hari hanya bisa diobati dengan BBMan atau telpon – telponan
mengingat tempat tinggalku dengannya yang lumayan jauh.
Keberaniannya untuk jujur dan selalu
terbuka akan segala hal membuatku semakin sayang padanya. Dia berani menceritakan
dan mengakui kesalahan – kesalahan dimasa lalunya, dan juga mengakui kekurangan
terbesar selama ini sebagai seorang muslim karena belum bisa menjaga shalat 5
waktunya. Dia selalu memintaku untuk mengingatkannya, hal itulah yang membuatku
semakin ingin selalu berada disampingnya dan menuntunnya. Dia benar – benar
merubahku secara natural,, sungguh hatiku benar – benar telah dicuri oleh Anji…
******
Tak terasa seminggu setelah Anji main
kerumah , tepatnya hari minggu lalu. Hari itu ketika aku sedang membersihkan
rumah, tiba – tiba Handphoneku berdering, ooowwhh… ternyata telpon dari Anji,
ia berkata “Besok aku akan keluar kota
untuk menghadiri acara keluarga” tanpa banyak tanya, aku hanya menjawab iya,.
“Mungkin sekitar sehari atau dua hari
saja mau buat walasoji” (Properti untuk acara pernikahan adat Sulsel) sambungnya. Okee
okee… aku pun segera mengakhiri telponnya. Aku tak bisa bercerita lama – lama
karena waktu itu aku sedang bekerja. Satu dua
hari setelah Anji pamit, dia tak pernah kasih kabar, dengan rasa penasaran dan
membuang semua gengsi aku mencoba untuk mengirim pesan singkat duluan,,,
“Assalamu
a’laikum kak, koq gak pernah kasih kabar,, ??? tak lama smsku pun dibalas
“Wa a’laikum salam dek, Alhamdulillah baik,,, Cuma sekarang
agak sibuk... smsnya pun begitu
singkat.. tapi tak masalah, dalam hati aku berprasangka baik aja,, namanya
acara keluarga, pasti dijadikan moment untuk berkumpul dengan keluarganya,,,
Sehari, dua hari, seminggu kemudian
Anji gak pernah kasih kabar,, kenapa ??? tiap aku kirim sms, dia gak langsung
balas,, bahkan sampai sebulan aku menunggu tapi kabarnya samar – samar. Tiap
kali ku mencoba untuk menelpon, gak penah diangkat, smsku pun tak langsung di
gubris,, tiap balas sms, pasti jawabannya sama, “Maaf sekarang sedang kumpul bersama keluarga”....
Aku tak tahan terus – terusan seperti
ini,, suatu hari aku mengirimkan pesan yang sedikit mengancam. Sebagai perempuan
yang lemah hatinya, aku cuma minta kejelasan.. Dalam pesan itu aku bertanya,
“Assalamu a’laikum,, kak,,, katakan sejujurnya, apa yang
sedang terjadi,,?? kalo kak Anji memang ada masalah, ceritakan !!! Insya Allah
aku akan membantu semampuku,, tapi kalo kehadiranku tak lagi dianggap, aku
berjanji tak akan menggangu kakak lagi...”
Tak lama setelah itu, pesan singkatku
langsung dibalasnya,,,
“Sekarang aku kumpul bersama keluarga, ok,, setelah
masalah ini selesai aku janji akan cerita semuanya”,,,
Menunggu itu memang sangat
menyakitkan,, apalagi menunggu seseorang yang katanya sayang tapi tak pernah
memberi kabar. Hari – hari aku lalui tak seindah dulu, yang ku lakukan hanyalah
mencari kesibukan agar sedikit demi sedikit bisa lupa masalah ini,, sahabat – sahabatku
yang baik semua terlibat menghiburku, mengajak mancing, berenang dan
sebagainya...
Sebulan kemudian....
Siang itu panas terik matahari telah
membakar kulitku,, dalam perjalanan pulang kerja aku mendendangkan sebuah
lagu,, agar terik matahari yang membakar kulitku tak ku rasakan hingga ke dalam
jantungku. Langkah demi langkah aku lalui dengan penuh suka cita,, candaan rekan
kerja yang tadi sempat membautku terbahak – bahak mengantarkanku tetap
tersenyum disetiap langkahku,, aku mulai merasa semuanya sudah baik – baik saja,
yaa,,, all is well. Tiba – tiba handphoneku berdering, petanda pesan masuk,,
tapi aku tak langsung membacanya, “Ahhh...
bacanya nanti aja pas sampe rumah,, paling juga pesan gak jelas,, promo, menang
undian atau apalah,,, hehehehehe”... tawaku dalam hati..
Sesampai dirumah aku membaca pesan
itu,, ku buka dan ternyata dari Anji... Alhamdulillah,,, senangnya bukan main,,
gemetar semua badan,, ingin rasanya teriak kegirangan,, ini perasaan yang
pernah ku rasakan sebelumnya, perasaan yang sama ku rasakan saat kali
pertamanya Anji kirim pesan padaku di malam takbiran itu...
“Assalamu a’laikum,,, bagaimana kabarnya”,, ???
“Wa alaikum salam,, Alhamdulillah baik”,,
“Alhamdulillah kalau begitu”,,,
Setelah berbasa – basi,, aku langsung
ngadu,, tentang kegiatanku selama ini, tentang suka duka ku yang ku lewati
tanpa kabar darinya,,,
“Kak,, selama ini,, kakak kemana” ???
“Aku dirumah aja,, gak kemana – mana cuma kumpul dengan
keluarga”,,
“Kemarin kak Anji bilang kalo ada masalah,, masalahnya
apa sihh kak ??? cerita dong,, kan sudah janji,, masalahnya dah selesai kan
????? Seperti itu aku bertanya,,, aku kembali
mencoba mengakrabkan diri seperti sebelumnya,,,
“Ini yang sebenarnya berat untuk aku katakan,,, aku mau
di jodohkan”... !!!
Sejenak kata itu terasa berulang kali
berkumandang di telingaku,, sontak aku kaget bukan kepalang,, jantungku terasa
berhenti sejenak,,,
“Kakak gak bercanda kan,, ???
“Ini yang selama ini menjadi beban terberat buatku,, aku
tak sampai hati ingin menyakiti hatimu,,, aku juga bingung,, aku bagaikan buah
simalakama yang harus memilih antara kamu dan orang tuaku”....
Tak bisa ku tahan lagi air mataku,, ku
biarkan air mataku mengalir sampai beban ini tercurah semuanya,,kegirangan yang
tadinya ku tahan berlanjut dengan isak tangis yang entah akan ku bawa kemana,
Yaa,, Allah cobaan apa ini yang kau berikan. Sesak dadaku,,, sakiiiitttt,,
periiiiihhhh,,,,
Selama ini aku pernah merasa takut hal
ini akan terjadi, tapi aku selalu berusaha untuk meyakinkan hatiku, karena sebelum
Elsa dan Alman mengenalkan aku dan Anji,, dia pernah bilang kalo Anji itu sudah
berapa kali ingin dinikahkan tapi belum tau kenapa sampai saat ini dia masih
saja sendiri. Itu sebabnya kenapa Elsa dan Alman mengenalkan aku dengan Anji
dengan alasan kalo kita sudah sama – sama dewasa,, Elsa dan Alman pun
berpendapat sama kalo aku dan Anji sama – sama anak yang baik, Dengan sangat berat aku mencoba untuk
membalas pesan dari Anji,,,
“Kak,, apa yang orang tua inginkan pasti yang terbaik
untuk anaknya, meskipun aku sayang sama kakak, tapi aku harus rela. Aku juga
tidak akan membuatmu memilih antara aku dan orang tua kakak, karena orang tuamu
bukan sainganku”,,,
Semenjak hari itu,, aku tak seceria
dulu,,, tawaku yang sebelumnya terasa gurih menjadi hambar,, pekerjaanku di
kantor semua terbengkalai,,, aku harus mengikhlaskan semuanya, aku harus
melupakan semua ini,, aku harus lebih kuat dan tegar melewati hidupku
kedepannya... langkah pertama aku mencoba untuk menghapus pertemananku di BBM
denganya,, aku tidak kuat ketika harus membaca semua status Anji, aku tak
kuat... Setiap kali ku baca setiap kali pula aku meneteskan air mata...
meskipun ku tau kalo Anji sedikit pun tidak menginginkan aku terluka. Ternyata
hilangnya kontakku dengan Anji membuat anji bertanya, “kenapa kamu menghapus pertemanan ini” ???? Dengan terbata - bata
aku katakan “Maaf kak,, jujur aku belum sanggup
untuk tau tentangmu, aku tak ingin dengar semua ceritamu, aku masih rasakan
sakit”,,, hikkssss,,, hikksss,,, L
Tapi aku fikir, semakin aku
menghindari, semakin aku merasakan rindu yang teramat sangat, aku juga berfikir
kalau aku menghapus pertemanan itu artinya aku bukan orang yang baik karena
telah memutuskan silaturahmi dengan Anji yang ku tau semua ini bukan salahnya
dia.
Desember 2013,
Rekan kerja beserta anggota yang lain
pada hari itu bertolak ke kota Daeng (Makassar), disana diadakan acara jalan
santai se provinsi Sulsel, kita semua di wajibkan untuk mengikuti acara
tersebut. Dalam perjalanan kita semua riuh bercanda ria hingga bisa membuatku
lupa akan dilema yang ku rasakan saat itu. Sesampai di Makassar, teman yang
lain keluar untuk belanja, sedangkan aku memilih tinggal di rumah saja
menikmati fasilitas yang ada, kebetulan rumah yang di tempati menginap itu
adalah rumah sepupuku, rumahnya lumayan besar, itu sebabnya kita memilih untuk
nginap disana karena bisa menampung puluhan orang yang ikut jalan santai. Malam
itu aku dan Anji BBMan dan telpon – telponan, aku baru ingat kalo tiap Sabtu -
Minggu dia ada kuliah di kota Daeng. Malam itu kita janjian ketemu esok hari
untuk bertemu terakhir kalinya sebelum dia benar – benar jadi milik orang lain.
Sungguh malam itu aku tak dapat memejamkan mata,, aku sangat bahagia campur
khawatir dan juga penasaran bagaimana nantinya. Malam itu aku benar – benar
menunggu pagi...
Keesokan harinya setelah jalan santai
finish, rutenya panjang pake banget,, pegal kaki ini, sakit semua badan,, tapi
aku tak peduli,, di fikiranku aku hanya ingin cepat – cepat berpisah dari
rombongan. Aku ingin melewati malam minggu dengan Anji... Dengan hati berbunga
– bunga bergegas ku rapikan semua pakaianku yang ada dikamar ku masukkan ke
dalam tas untuk segera beranjak. Tiba – tiba, seorang masuk ke kamar dan
bertanya,,,
“Mau
kemana... ??? sepertinya buru – buru,,
Di depanku terlihat seorang wanita
anggun dengan senyumnya, aku pun tersentak,, beliau adalah pimpinanku, Ibu
Mirna
Dengan percaya diri aku langsung
menjawab, “aku mau pamit duluan bu,,, aku
mau ke rumah ponakan, dia habis sakit” sekalian mau nginap disana.
“Boleh kita bicara sebentar” ??? sebeeentar saja,, Beliau menahanku dengan lembut,,,
“Ooo.. iyaa bu,, silahkan,,, !!! Ada apa yaaa ???
Sebelum beliau melanjutkan
pembicaraannya,, iya memanggil seseorang yang sudah menunggu di luar, beliau
memanggil partnernya Ibu Indy, yang keduanya telah ku anggap seperti orang
tuaku, seperti ibuku sendiri... Beberapa saat kamar pun di kunci,, yang ada
cuma kita bertiga,,,
“Begini,, ibu ada kabar buatmu,,,
“Kabar apa bu,,,” ???
“Alhamdulillah,, kabar baik,,, ini tentang niat baiknya
pak Aby,,, dia ingin datang melamar, tapi setelah kamu putuskan, kalo kamu
bilang iya, secepatnya kami akan datang”...
Aku terdiam dan kaget setengah
matiii...
Astagfirullah,,, aku tak tau ini baik
atau tidak buatku,, pak Aby itu rekan kerjaku,,, kami sudah mengenal dari
dulu,, bahkan sudah ku anggap seperti saudaraku yang tiap hari ku temui... pak
Aby orang yang baik, kulitnya putih bersih, dan SubhanAllah sangat ganteng,
beliau rajin shalat, dan rajin mengaji,,, tidak jarang ia di panggil untuk
memberi ceramah di mesjid – mesjid. Usianya juga tidak tua, hanya terpaut 3
tahun lebih tua dariku. Tapi sungguh,, sedikit pun aku tak punya perasaan sama
sekali padanya, kecuali sebatas sahabat... Jadi selama ini, kedekatanku ?????
Ohhh,, Tidak...
Aku langsung lemah dan refleks memeluk
ibu Indy,,,
“Kenapa kamu menangis ???
Aku tak tau harus menjawab apa bu,,,, aku bingung,,,
Kenapa ???
Kenapa jadi begini sihh bu,,,, ??? tangisanku dalam pelukan ibu Indy memecahkan kesunyian
kamar,,, “Sebenarnya aku sedang ada
masalah ibu,
Masalah apa ???
Malam ini aku ingin bertemu dengan seseorang, orang yang
sangat special,,,
Apa kamu tidak bisa menundanya ??? sampai kamu jawab niat
baik pak Aby ???
Maaf,, bu,,, ini lebih penting,, tangisan ku semakin menjadi, smpai – sampai aku tak bisa
menghela nafas,
“Seberapa berartinya orang itu buat kamu”,, ?? ini masa depanmu,,, lanjut bu Mirna, bukankah yang selama ini dekat denganmu
hanya pak Aby ??? bu Mirna kembali bertanya,
Yaaahhh,, mungkin selama ini orang
selalu berfikir kalo aku tak pernah punya teman dekat pria,, karena memang aku
orangnya sedikit tertutup soal itu, aku tak suka mengumbar sesuatu yang belum
jelas, jadi selama ini tak banyak yang tau kedekatanku dengan Anji...
“Ibu,,, sebenarnya hal ini pribadi,,, tapi karena ini
harus ku jelaskan,, jadi dengan sangat terpaksa akan aku ceritakan”,,, Kataku melanjutkan.. “Malam
ini aku ingin bertemu dengan seseorang yang sangat berarti, ini untuk terakhir
kalinya sebelum dia benar – benar dimiliki oleh orang lain”,,,
Maksudnya ???
ibu Indy memotong pembicaraanku,,,
“Dia mau di jodohkan dengan orang tuanya bu,, itu yang
membuatku dilema,, apa yang menjadi niat baik pak Aby, dan ibu serta semuanya
tidak bisa ku pastikan,, karena aku juga masih selalu menunggu orang itu... Aku
tau pak Aby orang yang baik,, tapi perasaan ini tak bisa aku paksakan”,,, aku
harap ibu bisa mengerti,, terima kasih atas niat baiknya...
Ibu Mirna dan ibu Indy tak bisa berbuat
apa – apa, semoga beliau mengerti perasaanku saat itu....Setelah bercerita, aku
merasa sangat lega, serasa tak ada beban untuk bertemu dengan Anji malam minggu
itu... (Sabtu, 2 Desember 2013)
Lain kali di lanjutkan lagi,, Insya
Allah,,,,
Malam ini pukul 00.32 pergantian dari hari senin ke selasa, 31 mei 2016 aku melanjutkan sedikit tulisan yang pernah aku curahkan mengenai Anji dan Aby. Tak terasa semuanya telah lewat tiga tahun. Dalam jangka waktu itu, baik aku, Anji maupun Aby kami telah menjalani kehidupan masing - masing dengan orang - orang yang telah dipilihkan Tuhan. Sungguh hidup ini adalah misteri. Yaaa... apa pun yang terjadi dikemudian hari, tak ada satupun yang bisa tau. Jalani saja semuanya...