Selasa, 04 Desember 2012

11 November 2011

     Makan tak enak, tidur tak nyenyak, suntuk pokoknya... !!!  itulah yang aku rasakan seminggu belakangan ini. Wajahku yang biasanya ceria bagaikan langit cerah berubah menjadi mendung tak berawan. Yang bisa ku lakukan cuma nangis, nangis dan nangis. Hatiku benar – benar sakit, semua itu karena dia, semua salah dia. Seseorang yang selama ini aku sayangi dan selalu ku banggakan ternyata menduakanku, ia telah mengkhianati kepercayaanku. Kebersamaan yang kita lewati tiga tahun lamanya kini berakhir dengan sebuah luka. Seseorang itu bernama Andika, dia adalah kakak kelasku waktu SMA dulu. Tapi karena dia pernah ikut kakaknya ke Kalimantan selama setahun, jadi kita kuliahnya sama – sama semester empat, Cuma dia kuliahnya di Makassar dan aku tetap dikampung.
     
     Kata teman dikampus, dosen mata kuliah tertentu hari ini sampai seminggu ke depan tak sempat datang, berhubung karena beliau ada urusan di luar negeri. Haaahhh,, fikirku dari pada tinggal berlama – lama di kampus, jadi aku memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian. Kalo lagi ada masalah, aku lebih memilih menenangkan diri di sawah, di sawah itu selain pemandangannya yang natural, menangis sekeras – kerasnya pun takkan kedengaran seiring dengan angin yang bertiup begitu kencang karena tak ada satu pun yang menghalangi. Ku keluarkan sebuah buku dari tasku, salah satu buku yang selama ini menjadi tempat menampung semua ceritaku ketika aku tak bisa membaginya pada sahabatku. Air mata ini terus menetes membasahi pipi yang membuat kabur penglihatanku. Dengan kondisi seperti ini aku juga tak ingin segera pulang ke rumah, aku tak mau membuat ibuku khawatir lagi. Perlahan kusandarkan badanku pada tiang rumah sawah tempat para petani beristirahat dan yang selama ini juga ku jadikan tempat untuk mengadu. Beberapa saat kemudian dari kejauhan terdengar suara adzan yang berkumandang, aku pun tersentak, haaahhh,,, kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 18.13 (petanda waktu shalat magrib telah tiba), aku baru sadar kalo aku sempat tertidur selama beberapa menit. Bergegas kuambil tasku dan segera pulang kerumah...
 
********
    
     Seminggu setelah hari itu sedikit demi sedikit aku bisa melupakan kejadian yang telah ku alami. Aku berusaha untuk menerima semua kenyataan, kini aku kembali menjalani hari – hariku dengan senyum yang ceria. Tak boleh nangis lagiii, langit tak boleh mendung lagi !!! “itu janjiku”... sambil ku rapikan jilbabku di depan cermin dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh sebelum berangkat ke kampus. Baru beberapa langkah ku beranjak dari tempatku, tiba – tiba handphoneku berdering tanda pesan masuk, :
“Benar ini dengan Nila ??? Aku Nuan, aku menemukan bukumu,” pesan yang sangat singkat itu membuatku penasaran,
Buku apa ??? Nuan siapa yahh ??? aku membalasnya, tak lama setelah itu kembali handphoneku berdering,
“Sepertinya buku itu berisi curahan hati, maaf aku menemukannya di suatu tempat, aku akan mengembalikan buku ini ke kamu, bisa tidak kita ketemu ??? Membaca pesan itu aku langsung berlari ke kamar dan mencari tasku, Haaaahhh.. “buku , buku, mana buku ku” ??? Hoooohhh ku cari dan terus ku cari buku itu tapi tak ku temukan, bahkan berulang kali ku bongkar laci mejaku, tapi buku itu masih saja tak ku dapatkan. Sejenak aku pun terdiam, apa mungkin buku yang dimaksud orang itu adalah buku diaryku ??? tapi bagaimana mungkin buku itu ada bersamanya ??? tanyaku dalam hati. Aku pun memberi tau padanya kapan kita bisa bertemu.

********
    
     Aku dan Nuan pun akhirnya bertemu dan berkenalan satu sama lain. Nuan bercerita kalo dia menemukan buku itu di rumah sawah, tempat dimana aku mencurahkan isi hatiku pada waktu itu. Yahh mungkin buku itu terjatuh dari pangkuanku ketika aku berlari sesaat mendengarkan suara adzan. Maaf yahh Nila, aku sempat membaca beberapa baris dari isi buku itu,,,aku Cuma tersenyum malu, wahhh mau di taruh dimana mukaku ini,, gumamku dalam hati... Memang di buku itu aku mencantumkan alamat beserta nomor telponku.
   
 Yahhhh.. begitulah aku mengenal Nuan hingga kami berdua jadi akrab,dia bercerita banyak  tentang dirinya. Nuan juga seorang pria yang telah dikecewakan oleh wanita yang amat dicintainya, kekasihnya itu pergi dan menikah dengan pria lain. “Aku tak habis fikir kalo di dunia ini bukan Cuma pria yang bisa menyakiti hati wanita, ternyata seorang wanita pun bisa menyakiti hati seorang pria”. Yaaayaayaa,, itulah realita hidup yang semakin membuatku mengerti dan memahami... !!! Hari demi hari kulalui bersamanya, hingga sejauh ini aku mengenal Nuan sebagai sosok pria dewasa yang benar – benar mampu menjaga, melindungi dan menyayangiku hingga mampu membuatku membuang semua memory tentang Andika yang telah ku kenal sejak lama.
    
     Suatu ketika Nuan mengajakku pergi kesuatu tempat, dia bilang ada sesuatu hal yang ingin dia katakan padaku. Dengan mimik wajah yang seserius itu membuatku terus diam dan tak berani memulai pembicaraan, aku tak pernah melihat dia seperti itu sebelumnya. Tiba – tiba tangan Nuan menggenggam erat tanganku, tangan yang menggenggamku itu terasa begitu dingin. Ini pertama kalinya dia menyentuhku. "Nil, aku mengenalmu sebagai wanita yang baik, selama ini kamu sudah menganggapku sebagai sahabat bahkan seperti saudara, jadi aku tak ingin hatiku tersakiti lagi..." sejenak kata – katanya terputus, dia terlihat begitu sedih sampai nyaris tak mampu melanjutkan ucapannya. Entah apa gerangan yang membuatnya berubah menjadi seperti itu. Wajah yang dulunya begitu ceria drastis terlihat begitu sendu. Aku sama sekali tak mengerti apa maksud dari ucapannya itu. Kali ini aku merasa Nuan pun akan berakhir seperti Andika, sepertinya dia juga akan meninggalkanku, kalo sampe hal ini terjadi apa yang harus aku lakukan ??? Fikirku dalam hati...
Kau tau Nila, aku pernah tersakiti oleh seseorang wanita yang dulunya amat ku cintai, aku tak ingin hal ini terjadi padaku lagi.  Kembali dia melanjutkan kata – katanya,,, ucapannya itu membuatku semakin bertanya – tanya... Nila, berat rasanya ku katakan ini padamu, tapi apa pun keputusanmu akan ku terima dengan lapang dada.
     Perlahan ku tarik nafasku dalam – dalam, “Apa yang ingin kau katakan padaku ??? tanyaku datar... Kembali tangan Nuan menggenggamku dengan erat bahkan semakin erat. Jantungku pun berdebar seiring dengan ketakutanku akan kehilangannya... ia lalu melepaskan tanganku dan mengambil sesuatu dari sakunya. Tampak sebuah cincin yang indah dan berkilauan.
“Nila, aku menyayangimu,,, aku bahagia bersamamu, bagaimanapun tanggapanmu, apa pun jawabanmu, sebesar apapun resikonya, entah kau akan meninggalkanku aku tak peduli, yang bisa ku lakukan saat ini hanya menyayangimu”....
     Matanya yang indah berbinar penuh harap membuatku tak mampu berkata apa – apa. Tak ada yang bisa ku katakan lagi selain memeluknya sebagai isyarat kalo aku pun merasakan hal yang sama. Apa kamu menerima lamaranku ini Nil, ??? Aku hanya mengangguk dan tersenyum bahagia dalam pelukannya.

Memang benar apa kata orang berbicara soal cinta memang tak ada habisnya, cinta     memang sesuatu yang indah karena setiap orang bisa merasakan cinta. Meskipun selisih umur kami yang cukup jauh, itu bukanlah suatu penghalang, 

Kini aku dan Nuan membuka lembaran baru tepat pada tanggal 11 – 11 – 2011 kami melangsungkan pernikahan, dan berikrar untuk hidup berbahagia bersama. Dalam suasana yang berbahagia itu tampak seorang pria dengan pakaian yang lusuh turut hadir diantara para undangan, pria itu adalah Andika.
“Nil, selamat berbahagia, maafkan atas semua kesalahanku.
“Iya, terima kasih, tak ada yang perlu di sesali lagi... Aku telah memaafkan sepenuh hatiku !!!

Tuhan memang Maha Adil yang selalu menciptakan semuanya berpasang – pasangan, menciptakan terang setelah gelap, tawa setelah tangis, kebahagiaan setelah kesulitan dan pastinya menciptakan Nuan untukku,, Hehehehehe...





Cerita by :
Sakinah Hasan Mathar